Papayapieces – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia telah menetapkan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih dalam Pemilu 2024. Penetapan ini menandakan berakhirnya kontestasi politik Pilpres 2024 sekaligus memastikan keberlangsungan transisi kepemimpinan demokratik di negeri ini –setidaknya dalam konteks demokrasi prosedural.

Menangnya Prabowo-Gibran dalam sekali putaran menyingkirkan dua pasangan capres-cawapres yang menjadi rivalnya rgo303 slot login, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Bagi Prabowo-Gibran, pelantikan tinggal menunggu waktu. Sementara bagi Anies dan Ganjar, kursi kepresidenan harus diperjuangkan kembali melalui pilpres pada lima tahun mendatang. Itu pun dengan catatan: tetap relevan dalam politik selama lima tahun mendatang.

Bagi tokoh politik, tanpa jabatan publik dan partai politik yang berada dalam genggamannya, menjadi tetap relevan dalam politik merupakan perkara sulit. Apalagi, setelah mengalami kekalahan politik. Apakah Anies dan Ganjar akan tetap relevan dalam politik untuk lima tahun mendatang, sehingga masih menjadi magnet elite dan elektoral untuk bertarung kembali pada kontestasi Pilpres 2029 mendatang?

Ini semua bergantung pada jalan politik Anies dan Ganjar pasca Pilpres 2024. Karenanya, jalan politik yang akan ditempuh harus tepat. Jika tidak, Pilpres 2024 akan menjadi pertarungan politik skala nasional terakhir bagi keduanya. Jalan ini memang jalan hidup yang menyerempet bahaya, jalan vivere pericoloso.

Jalan politik Anies masih terbuka lebar. Apabila kemungkinan untuk bergabung dalam koalisi Prabowo-Gibran sangat kecil peluangnya, mengingat relasi politik yang kurang baik antara Anies dengan Jokowi dan Prabowo, maka bertarung kembali dalam perebutan kursi gubernur DKI Jakarta merupakan pilihan yang sangat rasional secara politik.

Anies baru menjabat satu periode sebagai Gubernur DKI Jakarta. Modal elektoral Anies sudah lebih dari cukup. Pada Pilgub DKI Jakarta 2017 putaran kedua, pasangan Anies-Sandi menang atas pasangan incumbent Ahok-Djarot dengan perolehan suara 57,96% berbanding 42,04%. Kokohnya modal elektoral Anies di Jakarta ini terbukti dari perolehan suaranya pada Pilpres 2024 yang bersaing ketat dengan perolehan suara Prabowo-Gibran, dan berada jauh di atas perolehan Ganjar-Mahfud.

Berdasarkan rekapitulasi suara Pilpres 2024 oleh KPU DKI Jakarta, Anies –yang berpasangan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar– memperoleh 2.653.762 suara (41,07%), Prabowo-Gibran memperoleh 2.692.011 suara (41,67%), sementara Ganjar-Mahfud memperoleh 1.115.138 suara (17,26%). Dengan kata lain, Anies-Muhaimin hanya kalah tipis di Jakarta dengan Prabowo-Gibran.

Dua kontestasi politik elektoral tersebut merupakan modal elektoral yang besar dan kokoh bagi Anies, yang akan menjadi daya tarik tersendiri bagi partai politik. Bahkan, Partai Nasdem –yang menjadi partai politik pengusungnya dalam Pilpres 2024– memberikan sinyal dukungan kepada Anies untuk maju kembali.

Melalui Ketua DPP-nya, Willy Aditya, Anies dikategorikan sebagai top priority yang akan diusung oleh Nasdem dalam perhelatan Pilgub DKI Jakarta. Dalam Pileg 2024, Nasdem memperoleh 11 kursi di DPRD DKI Jakarta. Jumlah ini belum mencukupi persyaratan untuk mengusung pasangan calon. Butuh tambahan minimal 11 kursi agar mencapai angka 20 persen dari total kursi DPRD DKI Jakarta yang berjumlah 106 kursi, sebagaimana termaktub dalam UU No. 16 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.

Meskipun demikian, kuatnya magnet elektoral Anies serta peluang kemenangan yang besar akan mampu menarik partai politik lainnya untuk membangun koalisi. Karenanya, jika ingin tetap relevan dalam politik untuk lima tahun ke depan, Anies harus mengambil kesempatan politik ini.

Walaupun ibu kota sudah pindah ke IKN Nusantara, Jakarta masih tetap menjadi barometer politik nasional. Gubernur DKI Jakarta akan menjadi sorotan publik nasional selama lima tahun mendatang. Oleh karena itu, Anies ‘hanya’ butuh memperluas pemilihnya dengan menggandeng calon wakil gubernur yang tepat untuk bisa memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2024 dalam satu putaran.

Ganjar dan PDI Perjuangan

Jalan politik Ganjar lebih ‘sempit’ ketimbang jalan politik Anies. Tidak seperti Anies yang masih memiliki kesempatan untuk menjadi gubernur yang kedua kalinya, opsi gubernur sudah tertutup bagi Ganjar karena ia telah menjabat Gubernur Jawa Tengah selama dua periode. Dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, masa jabatan kepala daerah adalah lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan (Pasal 60).

Opsi lainnya adalah bergabung ke dalam koalisi Prabowo-Gibran dan ‘membidik’ kursi menteri. Meskipun opsi ini sangat kecil peluangnya. Realitas politik mutakhir menyatakan demikian. PDI Perjuangan –partai politik di mana Ganjar bernaung– terus menerus melancarkan kritik keras terhadap proses pelaksanaan Pilpres 2024, terutama terkait pencalonan Gibran sebagai wakil presiden, cawe-cawe Presiden Jokowi dalam memenangkan pasangan Prabowo-Gibran dan politisasi bansos.

Bahkan, PDIP tidak berhenti di Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menggugat proses dan hasil Pilpres 2024. PDIP menggugat KPU RI ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait perbuatan melawan hukum karena meloloskan Gibran sebagai calon wakil presiden. Dengan manuver politik PDIP yang demikian, maka peluang Ganjar untuk bergabung dalam koalisi Prabowo-Gibran dan ‘membidik’ kursi menteri sangatlah kecil.

Menurut saya, masih ada satu opsi jalan politik yang bisa ditempuh oleh Ganjar agar tetap relevan secara politik selama lima tahun mendatang, yaitu menjadi pengurus teras Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP. Sebagai pengurus di tingkat nasional, Ganjar bisa tampil ke publik untuk menyoroti pelbagai kebijakan pemerintah sekaligus melakukan safari politik ke pelbagai pelosok negeri untuk membangun basis politiknya.

Pertanyaannya, apakah PDIP semudah itu memberikan privilese kepada Ganjar? Jawabanya tentu tidak. Selain perihal Ganjar yang belum pernah mengemban amanah di struktur partai, ada Faksi Puan Maharani di PDIP yang akan menjadi rgo303 slot political barrier bagi Ganjar. Dalam Pilpres 2024 ini, Faksi Puan setengah hati mendukung Ganjar-Mahfud. Sementara, di belakang Ganjar, ada Faksi Prananda Prabowo yang mendukungnya. Baik Puan maupun Prananda adalah sama-sama trah Soekarno dan ‘berebut’ suksesi Ketua Umum PDIP.

Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih jalan politik, ditambah dengan kecakapan politik Ganjar akan menentukan apakah ia akan tetap relevan secara politik dalam lima tahun mendatang sehingga bisa bertarung politik kembali dalam Pilpres 2029. Demikian juga dengan Anies: kesempatan dalam Pilgub DKI Jakarta 2024 dan memenangkannya akan membuka jalan politik Anies menuju arena Pilpres 2029.

Kita sedang menunggu langkah politik kedua tokoh politik tersebut –apakah 2024 menjadi pertarungan politik terakhir di tingkat nasional bagi keduanya, ataukan masih ada tahun-tahun mendatang.

Papayapieces – Jalan Politik Anies dan Ganjar Pasca Pilpres RGO303 2024
Ditag pada:        

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *